2 UTS-1 All About Me
2.1 Introduction About Myself

Halo semua! saya Tyara Penelope Lumban Gaol, mahasiswa semester 3 jurusan Sistem Teknologi dan Informasi Angkatan 2024 di Institut Teknologi Bandung. Tetapi, sebelum masuk ke perkenalan, saya juga sedang belajar memahami cerita hidup sendiri. Beberapa waktu terakhir aku sedang belajar memahami cerita hidupku sendiri—ada fase kehilangan arah dan bertanya, “Apa sih makna hidupku?”
“We do not find purpose. We practice it until it fits our name.”
Tapi disitulah, saya mulai menyadari setiap pengalaman, baik pahit maupun manis adalah bagian dari narasi yang membentuk diri saya hari ini. Melalui tulisan ini, saya ingin berbagi dan mengajak Anda untuk menemukan kekuatan dari cerita hidup Anda, karena pada akhirnya, kita semua adalah penulis dari kisah yang sedang kita jalani.

2.2 Dreams and Dillemas about Everything

Semester pertama di ITB membuatku banyak mempertanyakan pilihan. Awalnya yang kekeh banget mau ITB, malah bertanya tentang alasan memilih ITB dan kewajiban melalui TPB yang tidak terlalu kusukai. Saat teman-teman di Binus, ITS, dan UI mulai mendalami berbagai bahasa pemrograman, aku merasa tertahan di materi dasar seperti kimia, matematika, dan fisika.
“Kok aku bisa gini sih?” itu yang ada di pikiranku.
Literally, cycle aku datang kelas, kerjain kuis, absensi, dan balik.
Perasaan burnout muncul. Aku pun akhirnya jarang masuk kelas, tidak menyiapkan kuis, dan saat ujian hanya mengandalkan ingatan SMA. Pada akhirnya, IP-ku akhirnya berada di zona aman. Tidak buruk, namun belum memuaskan. Euforia TPB di sekitar terasa tidak sejalan denganku, dan itupun juga menurunkan motivasi.
Titik baliknya datang pelan, bukan dalam satu hari. Aku mulai menyadari bahwa mungkin aku tidak benar-benar benci belajar, aku hanya belum tahu cara belajar yang sesuai dengan diriku. Selama ini aku meniru ritme orang lain, membandingkan langkahku dengan langkah teman di universitas lain, padahal perjalananku berbeda.
Dari situ aku mulai belajar mengenali diriku, apa yang sebenarnya aku sukai dan tidak membandingkan dengan yang lain. Aku coba untuk menyibukkan diri dengan hal yang disukai, seperti ikut lomba, kegiatan UKM, kepanitiaan, hobi musik, dst.

2.3 Reflection and Growth

Melihat ke belakang, aku sadar bahwa masa-masa paling berat bukanlah tanda kegagalan, melainkan undangan untuk mengenal diri lebih dalam. Rasa lelah, kehilangan arah, bahkan perasaan tertinggal dari orang lain. Semua itu pernah kualami, tapi justru dari sanalah aku belajar apa arti tumbuh.
Aku belajar bahwa pertumbuhan tidak selalu terasa indah. Kadang ia hadir dalam bentuk kebingungan, penolakan, atau rasa tidak cukup. Tapi setiap kali aku mencoba lagi, sekecil apa pun langkahnya, ada bagian dari diriku yang menjadi lebih kuat.
Dulu aku mengira tujuan hidup harus ditemukan di luar sana, pada prestasi, pengakuan, atau validasi orang lain. Sekarang aku tahu bahwa tujuan bukan sesuatu yang dicari, tapi sesuatu yang dipraktikkan setiap hari. Ia tumbuh ketika aku berani menghadapi hari-hari sulit, belajar dari kesalahan, dan tetap melangkah meski tidak yakin arah akhir akan ke mana.
“Growth is not about becoming someone new, but remembering who you were meant to be.”
Perjalananku di ITB, dengan segala jatuh-bangunnya, membuatku lebih memahami bahwa belajar bukan sekadar soal nilai atau IP. Ia tentang membangun cara berpikir, mengelola emosi, dan mengenali ritme unik yang hanya aku yang punya. Kini, aku belajar untuk lebih sabar pada proses, lebih lembut pada diri sendiri, dan lebih berani pada impian-impian yang dulu sempat kutinggalkan.
Aku masih belum tahu akan jadi siapa sepuluh tahun dari sekarang, dan itu tidak apa-apa. Yang kupastikan adalah aku akan terus tumbuh, terus menulis kisahku, dan terus berusaha agar setiap bab berikutnya terasa lebih jujur dan lebih bermakna dari sebelumnya.